[Esai] Beasiswa Bazma Pertamina

Terlahir sebagai anak perempuan yang pertama, cukup menjadi beban untuk saya. Mendapatkan amanah untuk menjaga harga diri sebagai perempuan dan seorang kakak bagi adik saya seorang. Saya bukan terlahir dari orang tua yang penuntut akan nilai bagus, namun selalu mendukung apa yang saya lakukan. Tetapi tetap menjaga dan memperhatikan dari jauh. Menginjak SMA, saya mulai menyadari peran saya bagi keluarga saya. Umi mulai bertanya apa yang saya ingin lakukan sebagai seorang perempuan, kelak ketika besar dapat menjadi seorang wanita yang dapat berpenghasilan sendiri atau tidak memberatkan calon suami saya kelak. Saya diberi tiga pilihan. Tata Boga, Tata Rias, atau Tata Busana?
Disitulah saya menjawab, saya ingin bisa melakukan tata rias. Ironisnya, saya dapat dikatakan sedikit tomboy. Dikarenakan sahabat-sahabat saya ketika SMP. Tapi tetap, saya memilih untuk bisa Tata Rias. Saya berfikir, saya dapat menumpahkan ketertarikan saya kepada seni dengan tata rias. Bedanya hanya, tata rias menggunakan muka manusia sebagai kanvas.
            Belum rezeki untuk saya, kampus dengan jurusan seni yang saya inginkan belum saya dapatkan pada tahun 2016. Umi menyarankan saya untuk kuliah Universitas Negeri Jakarta saja. Saya memilih untuk bekuliah di Program Studi Teknologi Pendidikan. Alhamdulilah, dengan menuruti perkataan ibu saya. Saya diterima pada tahun 2016. Berkuliah di dalam prodi ini, mendapatkan ilmu yang belum pernah saya temukan di sekolah, dan ditemukan dengan orang – orang yang memiliki berbagai macam pemikiran dan sifat. Membuat saya belajar banyak. Yang paling saya suka bagaimana kita nantinya dapat membuat kurikulum suatu pembelajaran untuk suatu institusi, mengatur jalannya proses pembelajaran yang akan dialami oleh peserta didik nantinya. Masih banyak lagi yang bisa saya lakukan, namun untuk sementara ini saya dapat belajar dengan baik dan mencari banyak pengalaman.
Merenungkan apa yang saya bisa lakukan untuk negeri yang masih berkembang ini dengan jurusan saya ini. Sempat membuat saya menyerah, berfikir jurusan ini bukan bidang saya supaya dapat memberikan kontribusi untuk negeri ini. Jurusan ini tidak banyak dikenal orang. Namun, berjalannya waktu. Saya semakin menemukan apa yang dapat saya lakukan untuk negeri ini. Dengan menghubungkan hal-hal yang saya sukai sejak kecil. Yaitu, olahraga Seluncur Es atau Ice Skating. Sejak kecil, saya selalu memimpikan untuk dapat menjadi seorang atlet peseluncur es atau figure skater. Dapat menari diatas es dengan melakukan lompatan dan putaran. Membuat hati saya terpikat dan masih sampai sekarang.
            Olahraga yang belum terlalu ramai dibicarakan di negeri kita ini masih berkembang untuk bisa menjadi sehebat beberapa negara adidaya seperti Rusia, Amerika, dan Jepang. Dengan bantuan internet saya suka mencari tahu bagaimana negara-negara tersebut dapat memiliki atlet-atet seluncur es yang sangat memukau dan hampir tidak pernah absen di podium kejuaraan lomba-lomba internasional seluncur es. Karena jurusan saya yang suka menganalisis masalah belajar, dan olahraga ini sangat membutuhkan yang namanya belajar. Saya berfikir, apa mungkin Indonesia dapat membuat kurikulum sendiri untuk olahraga ini. Mungkin dengan kurikulum sendiri, dapat menyesuaikan kebutuhan peserta didik yang dididik untuk menjadi atlet seluncur es yang profesional dan dapat mengikuti berbagai macam kejuaraan seperti Olympic.

            Dengan saya yang masih mencari-cari ilmu dalam bidang Teknologi Pendidikan dan olahraga Seluncur Es, saya ingin berkontribusi untuk Indonesia melalui hal yang saya suka, yaitu Seluncur Es.